Kamis, 14 Februari 2013

Seminar Parenting

Yihaaa,,
pertama kali ikut yang beginian..
demi menunjang keinginan jadi makmak yang baik buat Jerry dan adik-adiknya (nantinya).

nah, bulan Desember kemaren itu ada gembor-gembor kalo Toge Aprilianto bakal adain sesi seminar di Jakarta tanggal 2 Febuari 2013. selama ini sih ngikutin Milis nya dia yang bareng sama Mona Ratuliu "ParenThink" itu.

Yang gw tau sih, Toge Aprilianto itu adalah Psikolog anak dan dia juga nulis beberapa buku yang berkaitan dengan Parenting juga, kayak "Kudidik Diriki demi Mendidik Anakku" terus "Saatnya Melatih Anakku berfikir" dan klo googling sih ternyata dia banyak juga nulis buku. tapi jujur yaaa, gw belom pernah baca satupun buku tulisan dia *dikeplak

Beliau juga punya milis lain selain ParenThink itu di Yahoogroups kayak Salingbelajar, trus beliau juga sering diundang private session di Jakarta, sebenernya penasaran sih pengen tau juga karakternya Jerry. tapi niat sih boleh, tetep Mas aa yang menetukan,, hahaha... dan dari pada sakit hati proposal ditolak, lebih baik proposal tidak diajukan.

dan siapa yang ga tau sama Mona Ratuliu yakan,, hihihi...

*isshh, ngelanturnya kebanyakan..



nah diseminar kemaren Omge (panggilan Pak Toge Aprilianto kalo di milis ParenThink) ga bareng Mona Ratuliu. tapi diselengarakan sama XtraforChild. judul seminarnya "Ortu Asik Anak Unik", awalnya Mas Aa gak ngijinin ikutan, tapi mungkin mas aa jengah juga denger bininya yang maksa, dari pada panjang yasudahlah APROVED!..

transfer, trus sms konfirmasi pembayaran, trus tinggal tunggu tanggal 2 Februari (itu bayarnya Desember).

short story short, tiba juga tanggal 2 Februari 2013, sempet terjadi drama sebelum tanggal 2 itu, sampe mau gak jadi ikut seminar, tp malah diomelin Mas aa, jadilah pergi juga. dan ga menyesal ternyata pergi.

Seminarnya di JDC, Slipi situ, mulainya jam 08.30 - untuk registrasi, dan gw dateng jam 8.45 *biggrin seminarnya mulai jam 09.00 tepat. sayangnya sih ya ada peserta seminar yang bawa bayi sama anak kecil. agak ganggu sebenernya. tapi mungkin mereka ga punya tempat buat nitipin anaknya sih, ga seberuntung gw dan Mas aa.

Sesi pertama dibuka dengan perkenalan OmGe terus beliau mulai memaparkan mengenai Peran Orang tua sebagai Fasilitas Pelindung dan Fasilitas Belajar. terus dia juga sempet memperkenalkan RuAs DiTo (Rute Asuh Didik ala Toge). RuAs DiTo ini beliau klaim bukan hasil karangan, tapi hasil pengamatan dan beliau merangkum.

Nah, Jadi pada kodratnya, peran orang tua itu mesti jadi Fasilitas Pelindung (Faspel) buat anak-anaknya. tapi kodratnya lagi, orang tua ga bisa selalu 24 jam jadi pelindung anaknya. ya kali klo mak bapaknya kerja atau *amit-amit sampai kepada usianya, jadi kita harus bantu anak untuk jadi dewasa (bisa mandiri), nah untuk itu juga kita harus bisa berperan menjadi Fasilitas Belajar (Fasbel) buat anak.

Fasbel ini tujuannya mengajarkan anak untuk bisa melindungi diri sendiri, maka pada saat yang berperan sebagai Faspel (orangtua) nya ga ada, si anak bisa mandiri.

Chart nya kurang lebih kaya gini (karna hape ternyata ketinggalan dirumah, makanya gw macem mahasiswi ikutin kelas dari professor terus takes note disetiap kata-kata Omge dan tulis ulang di buku tulis beberapa slide nya beliau)





yang ditekankan sama OmGe adalah anak-anak itu orientasinya masih "enak atau ga enak" sementara orang gede itu orientasinya "perlu atau ga perlu". Belajar disini buat anak tujuannya supaya "terbiasa", makanya Beliau bilang, kita sebagai orang tua mesti konsisten. Masalah yang akan dihadapi adalah Belajar itu pasti ga enak terus anak ga nyaman, maka bersiaplah disebelin sama anaknya. tapi, salah itu adalah hak, salah akibatnya ga enak, nah, klo ga enak, ga diulangi. jadi anak harus diberi kesempata buat salah dan merasakan gak enaknya akibat dari kesalahan nya.

Beliau juga tekankan bahwa Konsisten iu bukan tega. kalo tega itu ga perduli, mengabaikan dan membiarkan celaka, sementara Konsisten dalam belajar itu tujuannya mengajarkan anak untuk merasa kecewa dan salah. Tapi, ga semua situasi layak untuk membangun situasi belajar.

Perlu kekompakan lahir batin (hati dan kepala). Faspel dan Fasbel yang tidak dilakukan lahir - batin dapat menyesatkan, karena selain gagal mencapai kedewasaan, anak akan berkubang dalam marah. Inkonsistensi bisa bikin anak terjebak daam situasi adu menang, dan terbiasa menyerang serta menghindari tanggung jawab.

Peran sebagai Faspel dan Fasbel ditunaikan bersamaan dalam semua aspek kehidupan. Faspel dan Fasbel berlangsung seiring sejalan seperti rel kereta api (sudut pandang hasil), dan Faspel-Fasbel bersifat paralel, terpisah seperti rel kereta api (sudut pandang proses).

jadi Fasbel itu sekali lagi tujuannya adalah membantu anak menjadi mandiri, sanggup berjuang untuk keinginannya.

abis materi Faspel dan Fasbel, lanjut materi RuAs DiTo. chartnya kurang lebih kaya gini:
Menurut Om Ge, dari tabelnya kaya gini:
umur 0 - 2 tahun Rutenya adalah membangun rutinitas
umur 1 - 3 tahun membangun keterampilan memilih
umur 2 - 4 tahun membangun keterampilan menawar (sebagai pembeli)
umur 3 - 5 tahun membangun keterampilan menawar (sebagai penjual)
umur 4 - 6 tahun membangun keterampilan berdagang (win-win transaction)
umur 5 - 7 tahun membangun keterampilan memperjuangkan keinginan
umur 6 - 8 tahun membangun keterampilan menghadapi resiko (mengalami akibat)
umur 7 - 9 tahun membangun keterampilan menghadapi resiko (mencoba solusi)
umur 8 - 10 tahun membangun keterampilan menghadapi resiko (membangun solusi)
umur 9 - 11 tahun membangun keterampilan menghadapi resiko (memeriksa solusi)
umur 10 - 12 tahun membangun keterampilan menentukan prilaku (mengatur strategi)
umur 11 - 13 tahun Program asuh didik tuntas, program pendampingan dimulai

Om Ge dengan tegas memberikan catatan kalo Orang tuanya harus dewasa dulu. baru bisa membimbing anaknya untuk jadi dewasa. nah ciri-ciri orang dewasa syaratnya: sanggup (mau dan mampu) berfikir, belajar dan memperhatikan orang lain.

tahapan-tahapan diatas mesti harus dilakukan benar-benar (ga boleh skip), nah diharapkan pada usia 3 tahun anak harus tuntas belajar kecewa nya. Belajar kecewa ini tujuannya kembali ke belajar mandiri itu, karna sekali lagi kita sebagai orang tua ga bisa selamanya mendampingi anak. Dengan belajar kecewa, kita juga mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupannya nantinya. kan ga selamanya hidup itu senang-senang. ada juga kegagalan, jadi, belajar kecewa ini juga bisa melatih anak mengatasi kegagalannya.

Makanya di tabel itu dibilang umur 1 - 3 tahun fasenya kita membangun keterampilan memilih si anak. berikan pilihan mulai dari enak-enak, terus enak-ga enak, sampe gak enak-ga enak. tujuannya ya itu tadi, mengajari anak untuk kecewa, terus belajar bersepakat dengan pilihan dan segala resiko nya dan buntutnya adalah anak sanggup (mau dan mampu) untuk berjuang. goalnya ya anak jadi mandiri.

oia, anak 0 - 3 tahun diajarin bukan supaya bisa, tapi supaya terbiasa, membangun rutinitas.

dan mesti tuntas belajar kecewa nya..

anak 2 - 4 tahun harusnya sudah bisa diajak bersepakat, dengan catatan udah punya "sertifikat kesanggupan kecewa". karna klo belum sanggup kecewa, yang ada anak akan coba buat maksa. klo kita ga tega, gak konsisten ati dan kepala, trus akhirnya ngasih apa yang anak mau, artinya kita siap di "jajah" sama anak. klo kita di "jajah" anak, kita turutin apa yang anak mau, trus kapan anak belajar kecewa nya, trus kapan anak bisa diajak bersepakat, trus kapan anak sanggup berjuang, trus kapan anak bisa mandiri, trus kapan orang tua alih profesi sebagai "pendamping"? *panjang urusan*

Kesepakatan ini juga berawal dari belajar memilih,, ingat, milihnya itu si anak masih pake rumus enak - ga enak, bukan perlu - ga perlu. Belajar memilih ini sebagai kelanjutan dari fase 0 - 3 tahun, ada 2 methode, ini tergantung templete nya anak juga. Templete itu adalah sifat dasar anak, yang ini mesti dipahami betul-betul sama orang tua, biar proses belajarnya ga salah juga. ada templete anak dengan benefit dan anak dengan resiko. klo anak benefit dikasih resiko ya runyem, begitu juga sebaliknya.

Benefit disini semua yang enak-enak deh pokoknya, si anak harus merasa dia yang untung, sementara Resiko disini yang kira2 ga disukain anak, pokoknya si anak pasti pilihannya akan menghindari kerugian.

Kesepakatan ini juga diajarin dengan cara "berdagang" tujuannya adalah bahwa klo si anak kepingin sesuatu, dia mesti berjuang mendapatkannya.

contoh memilih:
Jerry mau mainan ini apa itu?
klo Jerry mau dua-dua nya artinya Jerry gakan dapet kedua nya namanya maruk itu.

contoh berdagang
Jerry mau berenang? kita abisin makan siang Jerry dulu yuk, baru kita berenang..

Berdagang ini ada rumusnya, klo rumus nya salah bisa-bisa dianggap jadi "upah. Rumusnya adalah:
"sebutkan yang anak mau dulu, baru yang ortu mau"

nah, balik lagi ke templete si anak, anaknya benefit apa resiko..


Beh, ini bahasanya gw muter-muter deh,, maafkan yaaa...
ini rangkuman berdasarkan penerimaan otak gw yang kecil ini. mohon maaf apabila ada kesalahan dari paparan OmGe -mohon apabila ada yang berkenan mengkoreksi-

1 komentar:

Anonim mengatakan...

makasih ya udah sharing soal ruasdito. Berguna buat gue lebih memahami nya. salam Mona.